Beranda Ogan Kemering Ilir Ngaben Massal, Indahnya Harmoni Toleransi di Ogan Komering Ilir

Ngaben Massal, Indahnya Harmoni Toleransi di Ogan Komering Ilir

30
0
BERBAGI

OGAN KOMERING ILIR, BERITAANDALAS.COM – Ribuan umat Hindu dari berbagai penjuru Sumatera Selatan bahkan luar provinsi antusias mengikuti prosesi ngaben massal yang digelar di Setra Gandawangi, Desa Tugu Mulyo, Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Senin (4/8/2025).

Upacara pembakaran jenazah (pitra yadnya) ini bukan hanya merupakan ritual keagamaan, tetapi juga menjadi simbol kuatnya kerukunan dan toleransi antar umat beragama di OKI. Ribuan masyarakat dari latar belakang suku, budaya, dan keyakinan berbeda turut hadir dan memberi dukungan secara damai.

Ngaben atau pelebon merupakan ritual suci bagi umat Hindu yang dilaksanakan untuk mengantarkan roh leluhur menuju alam moksa. Dalam pelaksanaannya, struktur bade (menara jenazah) dan lembu menjadi pusat perhatian masyarakat.

“Bade adalah bangunan tinggi yang melambangkan gunung suci, terdiri dari tiga bagian, yakni dasar, badan, dan atap, sesuai konsep tri angga dalam ajaran Hindu,” jelas Made Wijaya Panggabean, perakarsa kegiatan.

Ia menambahkan, bade dan lembu biasanya digunakan untuk kalangan bangsawan, sementara masyarakat umum menggunakan wadah biasa. Meski begitu, dalam ngaben massal, semua dipersatukan dalam semangat kebersamaan dan kesetaraan.

Ngaben massal merupakan alternatif bagi keluarga yang ingin melaksanakan upacara pelebon dengan biaya lebih terjangkau. Kali ini, puluhan sawa (jenazah) diikutsertakan dalam prosesi tersebut.

“Biayanya berkisar belasan juta per keluarga. Ini jauh lebih murah dibandingkan ngaben pribadi yang bisa menghabiskan dana puluhan hingga ratusan juta,” ujar Made Sunandre, warga OKU Timur yang mengikuti prosesi.

Rangkaian acara diawali dengan berbagai upacara adat, kemudian diikuti pengangkatan jenazah dan arak-arakan menuju lokasi pembakaran. Secara filosofi, ngaben bertujuan mengembalikan unsur panca maha bhuta, yakni tanah, air, api, udara, dan ether ke asalnya.

Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, yang hadir dalam prosesi tersebut menyatakan bahwa Sumsel adalah wilayah yang aman dan terbuka untuk semua golongan.

“Sumsel nyaris tak pernah terdengar ada konflik berlatar SARA. Warga Bali sudah tinggal di sini sejak 1960-an dan bisa menjalankan agama serta budayanya dengan damai,” kata Deru.

Hal senada disampaikan Bupati OKI, H. Muchendi Mahzareki, yang menekankan bahwa pemerintah daerah selalu mendukung pelestarian budaya dan kebebasan beragama.

“OKI ini sangat beragam. Salah satunya masyarakat Bali dan umat Hindu yang cukup besar jumlahnya. Saya bangga acara besar seperti ini bisa dilaksanakan dengan semangat gotong royong warga,” ucapnya.

Bupati juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak, termasuk panitia, donatur utama Made Wijaya Panggabean, serta masyarakat Desa Tugu Mulyo atas penyelenggaraan acara yang tertib, sakral, dan membanggakan ini. (Ludfi)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here