Beranda Ogan Kemering Ilir Songket Khas OKI Bangkit Lagi, 20 Penenun Ikuti Pelatihan Bidak Cukit

Songket Khas OKI Bangkit Lagi, 20 Penenun Ikuti Pelatihan Bidak Cukit

9
0
BERBAGI

OGAN KOMERING ILIR, BERITAANDALAS.COM – Sebanyak 20 orang penenun mengikuti kegiatan pelatihan songket 2025 yang dilaksanakan dan dibuka langsung oleh Bupati Ogan Komering Ilir (OKI), H. Muchendi Mahzareki, di pendopoan kabupatenan, Selasa (1/7/2025).

Ketua Dekranasda Kabupaten OKI Hj. Ike Meiliani Munchendi SE M.Si mengatakan, bahwa pelatihan ini bertujuan untuk mengajarkan teknik menenun songket bidak cukit, yang merupakan jenis songket tua asli dari masyarakat Ogan Komering Ilir zaman dahulu.

“Jadi Alhamdulillah, kita juga memiliki songket tua yang usianya hampir mencapai 100 tahun. Hari ini kita adakan pelatihan bagi para penenun di OKI untuk mereproduksi songket tersebut, sehingga akan menjadi motif songket OKI yang terbaru,” ujar Ike.

Bidak cukit ini pada masanya dulu merupakan kain songket yang hanya digunakan oleh kalangan tertentu. Ike menjelaskan bahwa dari sisi motif, bidak cukit tampil lebih sederhana, berbeda dari songket Palembang pada umumnya.

“Motif bidak cukit tidak dipenuhi oleh benang emas, sehingga cocok untuk pemakaian formal dan semi-formal. Kain ini lebih ringan dan mudah dipadukan dengan tren fashion masa kini,” tandas Ike.

Dalam pelatihan ini, sebanyak 20 orang penenun turut serta. Ike melanjutkan bahwa sebenarnya di OKI terdapat banyak pengrajin songket, namun sejauh ini mereka lebih sering membuat songket khas daerah lain seperti Palembang.

“Nah, ke depan kita berharap para pengrajin ini dapat menenun kain songket khas OKI, yakni bidak cukit, yang memiliki potensi pasar lebih luas. Warna-warna songket bidak cukit nantinya juga akan disesuaikan dengan perkembangan zaman,” tegas Ike.

Namun demikian, lanjut Ike, pihaknya tetap akan memproduksi bidak cukit dengan warna klasik seperti merah marun untuk dipakai pada acara formal dan sakral.

“Untuk harga, nanti akan kami informasikan lebih lanjut karena saat ini masih tahap pelatihan,” tambahnya.

Sementara itu, Nurmala, seorang penenun songket asal Desa Pematang Buluran, Kecamatan SP Padang mengatakan, bahwa ia telah lama menekuni profesi sebagai penenun secara turun-temurun dan biasa membuat songket sesuai pesanan pelanggan.

“Sudah lama menenun, tapi biasanya membuat songket Palembang. Untuk motif bidak cukit baru saya pelajari sekarang, dan ternyata tidak terlalu sulit. Sebelumnya saya membuat kain songket berbahan standar yang dijual seharga Rp1 juta,” pungkas Nurmala singkat. (Ludfi)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here